Walaupun dilahirkan dari keluarga yang sederhana, namun mempunyai nuansa keagamaan yang kuat. Ayah Mahmud adalah bekas pelajar surau dan mempunyai ilmu keagamaan yang cukup memadai sehingga dia diangkat menjadi Imam Nagari. Adapun Ibu Mahmud adalah seorang buta huruf karena tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah sebab pada waktu itu di desanya belum ada sekolah desa. Walaupun demikian ia dibesarkan dalam lingkungan yang Islami. Kakek Hafsyah adalah seorang ulama yang cukup dikenal, bernama Syekh Muhammad Ali yang dimasyhurkan masyarakat dengan Tuanku Kolok. Pekerjaan Hafsah sehari-hari adalah bertenun. Ia mempunyai keahlian menenun kain yang dihiasi benang emas, yaitu kain tradisional Minangkabau yang dipakai pada upacara-upacara adat.
8b9facfde6 Free download kamus bahasa arab indonesia pdf Files at Software Informer. A-PDF Number is a very neat, simple and lightweight tool that allows you to add page numbers. Kamus, free and safe download. Kamus latest version: Get a Sigital English-Indonesian Dictionary with Kamus. Kamus is a free tool that offers a complete English.
Sejak kecil, Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Bila dimalam hari diceritakan hikayat atau cerita yang menjadi salah satu kesanyangannya, siangnya ia sudah bisa menceritakan kembali dengan sempurna. Situasi sosial yang melatarbelakangi kehidupannya telah membentuk karakternya menjadi sosok yang ikut mengisi perjalanan sejarah. Ia telah berfikir dan berbuat untuk menjawab problema sosial, bangsa dan agamanya dengan memilih jalur pendidikan sebagai sisi yang ia anggap paling strategis pada waktu itu. Kecermelangan Mahmud Yunus dalam menerima pelajaran diakui oleh para Ustadz yang mengajarnya.
Ketika usianya baru 16 tahun yaitu tahun 1917, Mahmud sudah mampu mengajar beberapa kitab, antar lain al-Mahally, al-Fiyah ibn Aqil dan Jam’al Jawami. Pengalaman ini menjadi bekal yang sangat berharga bagi beliau ketika melanjutkan pendidikannya terutama ketika belajar di al-Azhar, Kairo. Mahmud Yunus memiliki jasa yang sangat besar dalam meningkatkan sistem pendidikan yang masih dapat dirasakan sampai saat ini. Istri pertamanya bernama Hj. Darisah binti Pangeran dari Payakumbuh dan mempunyai satu orang anak laki-laki yang bernama Prof. Kamal Mahmud, SH yang lahir pada tahun 1923.
Istri kedua bernama Hj. Djawahir yang juga berasal dari Payakumbuh dan mempunyai lima orang anak yaitu Hj. Djawanis, Hafni, H. Fachrudin, Drs.H.
Hamdi dan Elly. Istri yang ketiga adalah Karniah dan mempunyai satu orang anak yang bernama Amlas. Ketiga istri Mahmud Yunus tersebut dinikahinya sebelum ia berangkat ke Mesir, maka pada waktu ia pergi belajar ke Mesir Mahmud menceraikan istri yang pertama yaitu Darisah binti Pangeran. Istrinya yang keempat yang bernama Hj. Nurjani binti Jalil dari Padang dengan anak-anaknya bernama Fachri Mahmud, SH yang lahir tahun 1932, Hj.
Neszli Harmaini, Hj. Sufna, dan Ir. Mahmud Yunus menikahi Hj. Nurjani setelah beliau kembali dari Mesir.
Sedangkan Istri Mahmud Yunus yang kelima adalah Hj. Darisah binti Ibrahim yang mempunyai enam orang anak yang bernama Sufni (meninggal pada waktu masih bayi) yang lahir tahun 1939, Drs. H Yunus Mahmud lahir tanggal 29 November 1940, Dr. H Hamdi lahir taggal 3 Oktober 1942, Hj.
Elina lahir tanggal 1 Februari 1946, Mahdiarti lahir tanggal 6 Maret 1948 dan Chairi lahir tanggal 17 Januari 1951. Darisah binti Ibrahim ini merupakan anak dari mamaknya Mahmud sendiri yaitu H.
Sejak kecil, Mahmud Yunus didik dalam lingkungan agama dan tidak pernah masuk ke sekolah umum. Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan awal yang ditempuh oleh beliau.
Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad Thahir bin Muhammad. Mahmud mulai mengaji di surau kakeknya ketika berusia 7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu tahun ia dapat menamatkan al-Quran.
Mahmud pun dipercaya oleh kakeknya menjadi Guru Bantu untuk mengajari anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari dasar-dasar tata bahasa Arab dengan kakeknya. Sejarah mencatat bahwa H.M Thaib Umar amat berpengaruh terhadap pembentukan keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu, Mahmud dapat menyerap semangat pembaruan demi peningkatan kesejahteraan umat dan perkembangan Islam. Kedekatan Yunus secara pribadi dengan Thaib Umar membawanya ke forum rapat akbar Ulama Minangkabau pada tahun 1919 M di padang panjang. Ia datang menghadiri perkumpulan tersebut sebagai perwakilan H.M Thaib Umar. Setelah itu, ia membentuk perkumpuulan pelajar Islam di Sunggayang bernama Sumatera Thawalib pada tahun 1920 M. Kegiatan perkumpulan ini beragam, dainataranya menerbitkan Majalah al-Basyir.
Di media ini, Yunus didaulat sebagai pemimpin Redaksi. Ilmu pengetahuan Mahmud Yunus kurang menonjol dalam bidang adat Minangkabau, sehingga H. Sinaro Sati (Saudara sepupu Ibu Mahmud) menginginkan arahan agama untuk kemenakannya. Melihat perkembangan Mahmud dari kecil, maka Ibrahim pun membantu biaya pendidikan Mahmud Yunus. Bahkan dia tak berkeberatan menanggung semua biaya yang diperlukan untuk keperluan itu hingga Mahmud dapat melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi. Begitu pun Ibunya sendiri yang bekerja sebagai ahli penenun dengan benag emas selalu memberikan dukungan khususnya secara ekonomi. Mahmud Yunus dibawah asuhan H.M Thaib Umar mempelajari beragam kitab. Antara lain, Fath al-Qarib, Iqna’, Fath al-Wahhab, Fath al-Muin, Alfiyah Ibnu Aqil, asymuni, Taftazani, Umm al-Barahin, Balaghah kitab al-Jauhar al-Maknun, Talkhish, jam’u al-Jawami, Ihya Ulumuddin dan Minhaj al-A’bidin.
Karena itulah, dalam usia 16 tahun Mahmud Yunus sudah dapat Mengajarkan al-Mahalli, Al-fiyyah Ibn Aqil dan Jam’u al-Jawami. Pada tahun 1924 M, Mahmud Yunus mendapat kesempatan belajar di Universitas al-Azhar, Kairo. Di sana ia mempelajari ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir, fikih Hanafi dan sebagainya. Hanya dalam tempo setahun, dia berhasil mendapatkan Syahadah Alimiyah dari al-Azhar dan menjadi orang Indonesia kedua yang memperoleh predikat itu. Setelah lulus dari al-Azhar, Mahmud merasa bahwa ilmu yang didapatkannya hanya tentang Agama dan Bahasa. Maka ia pun tertarik untuk melanjutkan studinya guna mempelajari ilmu pengetahuan umum.
Ia pun masuk ke universitas Darr al-Ulum, Mesir dan tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang masuk Darr al-Ulum. Kuliah Mahmud Yunus berakhir dengan lancar, tahun 1929, ia berhasil memperoleh diploma dengan spesialisasi di bidang pendidikan. Setelah itu, dia kembali ke kampung halamannya di Sunggayang Batusangkar. Gerakan pembaruan di Minangkabau saat itu makin berkembang dan keadaan tersebut menggembirakan Mahmud Yunus untuk menghembuskan angin perubahan. Beliau memiliki harapan yang besar untuk menyampaikan segala pengetahuan yang telah didapatnya setelah meninggalkan kampung halamannya kurang lebih 6 tahun. Salah satu kepeloporan Mahmud Yunus yang hingga saat ini hampir-hampir dilupakan oleh sejarah adalah usaha yang dilakukannya untuk menempatkan mata pelajaran agama Islam dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah. Di masa pemerintahan Jepang, tepatnya pada tahun 1943 Mahmud Yunus terpilih mewakili Majlis Islam Tinggi (MIT) sebagai penasehat Residen (Syu-Cho-Kan) di Padang. Kedekatan Mahmud Yunus dengan pemerintahan inilah yang kemudian dia manfaatkan agar pendidikan agama Islam diberikan di sekolah-sekolah pemerintah.
Usulan Mahmud ini dapat dipertimbangkan oleh Jepang untuk diterima. Sejak saat itu pelajaran agama Islam diberikan di sekolah-sekolah pemerintah pada waktu itu dan sekaligus Mahmud Yunus diangkat menjadi pengawas pendidikan agama pada pemerintahan Jepang. Pada waktu yang bersamaan ia juga memimpin Normal Islam di Padang. Pada tanggal 1 September 1950 Mahmud diangkat menjadi Kepala Penghubung antara pusat Kementerian Agama RIS dan pusat Kementerian RI Yogyakarta. Dalam jabatan inilah Mahmud lebih banyak berhasil mengajukan rencana-rencana pendidikan agama Islam diantaranya seperti yang telah disebutkan diatas.
Hal ini juga terbukti dengan keluarnya peraturan bersama Menteri PP & K dan Menteri Agama tentang PTAIN (1951) serta keluarnya keputusan Menteri PP & K dengan persetujuan Menteri Agama tentang penghargaan ijazah-ijazah madrasah. Rangkaian usaha Mahmud Yunus selama memegang jabatan tersebut yang telah membawa prospek lebih baik bagi pendidikan agama di Indonesia pada umumnya. Didirikannya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) juga tidak dapat dipisahkan dari usaha yang dilakukan oleh Mahmud Yunus. Pada waktu ia menjabat sebagai Dekan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta, Muncul ide dari Mahmud Yunus untuk menyatukannya dengan Perguruan Tinggi Agama Islam ( PTAIN) di Yogyakarta yang sebelumnya sudah terbentuk juga.
Respon Menteri Agama yang pada waktu itu dijabat oleh K.H. Wahib Wahab sangat menyetujui usulan tersebut. Dengan demikian, keluarlah Peraturan Presiden Nomor Tahun 1960 tentang pendirian Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Sumber lain menyebutkan bahwa Mahmud Yunus menulis tak kurang dari 82 buku dan yang ditemukan dari karya-karyanya hanya 65. Mahmud memulai menulis sejak tahun 1920 dalam usia 21 tahun. Karirnya sebagai penulis tetap ditekuninya pada masa-masa selanjutnya. Dia senantiasa mengisi waktunya untuk menulis dalam situasi apapun.
Pada waktu perang kemerdekaan ketika mengikuti perang gerilya, dia tetap menyempatkan diri untuk menulis. Buku “Marilah Sembahyang” yang terdiri dari 4 jilid adalah merupakan hasil karangan Mahmud sewaktu dia beserta pejuang-pejuang lainnya berada dalam pengungsian dari ancaman perlawanan tentara Belanda (Nica) di Batusangkar pada tahun 1949.
Marilah Sembahyang I. Marilah Sembahyang II. Marilah Sembahyang III. Marilah Sembahyang IV.
Puasa dan Zakat. Haji ke Mekkah. HukumWarisan dalam Islam. Hukum Perkawinan dalam Islam. Pelajaran Sembahyang untuk Orang Dewasa. Manasik Haji untuk Orang Dewasa. Soal Jawab Hukum Islam.
Al-Fiqhu al-Wadhih juz 1 (Bahasa Arab). Al-Fiqhu al-Wadhih juz 2 (Bahasa Arab). Al-Fiqhu al-Wadhih juz 3 (Bahasa Arab). Mabadi`u Fiqhu al-Wadhih (Bahasa Arab).
Fiqhu al-Wadhih An-Nawawy (Bahasa Arab). Al-Masailu al-Fiqhiyyah ala Mazahibu al-Arba’ah (Bahasa Arab). Tafsir al-Quran Al-Karim (30 juz). Tafsir al-Fatihah (Bahasa Arab).
Tafsir Ayat Akhlak (Bahasa Arab). Juz Amma dan Terjemahannya. Tafsir al-Quran Juz 1 – 10 (Bahasa Arab). Pelajaran Huruf al-Quran (Bahasa Arab).
Kesimpulan Isi al-Quran. Alif Ba Ta wa Juz Amma (Bahasa Arab). Muhadharaat al-Israiliyyaat fi al-Tafsir wa al-Hadits (Bahasa Arab). Tafsir al-Quran Karim Juz 11-20. Tafsir al-Quran Karim Juz 21-30.
Kamus al-Quran I. Kamus al-Quran II. Kamus al-Quran (juz 1 – 30). Surat Yaasin dan Terjemahannya (Arab Melayu). H) AKHIR HAYAT MAHMUD YUNUS Aktivitas-aktivitas Mahmud dalam bidang-bidang lain tidak mejadi rintangan bagi aktivitasnya dalam mengarang. Hal ini dapat dilihat dari tulisan yang dihasilkan justru pada saat aktivitasnya yang lain lebih memuncak terutama dalam bidang pendidikan. Hingga pada saat ia menjalani masa pensiun, ia tetap menulis bahkan pada tahun-tahun terakhir dari kehidupannya pa tahun (1982) masih ia sempatkan untuk selalu menulis. Awal tahun 1970 kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik masuk rumah sakit.
Tahun 1982, dia memperoleh gelar doctor honoris causa di bidang ilmu tarbiyah dari IAIN Jakarta atas karya-karyanya dan jasanya dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Pada tahun ini juga pada tanggal 16 januari, Mahmud Yunus meninggal dunia di Jakarta. Kiprah Mahmud Yunus dalam dunia pendidikan pada umumnya dan dalam pengajaran Bahasa Arab khususnya akan tetap menajdi amal shaleh yang tak akan putus. Beliau adalah salah satu tokoh Islam yang berpengaruh pada abad ke 20 yang patut dijadikan tauladan dan lebih utama lagi berusaha melanjutkan usaha-usaha yang beliau telah rintis selama hidupnya. Pengorbanan dan usaha beliau sangat besar dalam membentuk pondasi serta perubahan sistem pendidikan di Indonesia yang masih dapat kita rasakan saat ini. Semoga generasi muda akan menyadari hal ini dan menjadikannya sebagai langkah perubahan yang lebih baik di masa mendatang.